Kisahnabi Musa dan nabi Khidir adalah salah satu kisah dalam Al-Qur'an yang paling terkenal. Kisah ini bercerita tentang perjalanan pengembaraan ilmu nabi Musa as ketika berguru perihal hikmah dan spritualitas dengan salah seorang hamba Allah swt yang telah dianugerahkan ilmu laduni (hikmah dan ma'rifah), yakni nabi Khidir as.. Kisah nabi Musa dan Nabi Khidir ini diceritakan lengkap dalam Salahsatunya adalah kisah Nabi Musa dan Khidir yang ditorehkan dalam Surah Al Kahfi, sebagaimana kisah-kisah sebelumnya sebagai pedoman bagi umat Muslim dalam surah tersebut. Baca : Menyibak Keajaiban Allah SWT Bekerja, dalam Surah Al Kahfi Pertemuan Nabi Musa 'alaihissalam (AS) dan Nabi Khidir AS adalah kisah luar biasa yang sarat hikmah. Terdapatpelajaran penting dari kisah Nabi Musa dalam surat Al-Qashash. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Selama hidup Nabi Musa AS dipenuhi dengan segelintir perjuangannya dalam menegakkan keadilan dan menyebarkan ajaran Allah SWT. Ada tiga pelajaran penting dari hidup Nabi Musa yang tercantum dalam surat al-Qashash, dilansir About Islam, Senin (1/2): KisahNabi Musa dan Doa-Doa yang Dipanjatkannya dalam Surat al-Qashash. Kisah adalah salah satu media yang digunakan al-Qur'an untuk menyampaikan pesan-pesan Ilahiyah kepada manusia. Melalui kisah, manusia diharapkan mampu mengambil ibrah atau pesan pelajaran maupun keteladanan ( Shihab, Kaidah Tafsir ). Seperti halnya saat membaca kisah KisahNabi Musa 'alaihissalam (AS) diabadikan oleh Allah SWT di 4 surah dalam Alqur'an yaitu Surah Al-Baqarah, Al-A'raf, Thaha, dan Al-Qashas.Nabi Musa bergelar kalimullah (orang yang diajak bicara langsung oleh Allah) dan merupakan nabi paling mulia di kalangan Bani Israil. Beliau termasuk salah satu nabi ulul azmi. Dalam Alquran, kisah beliau paling banyak disebutkan oleh Allah setelah 12 Surah Al-Hajj (Surah ke-22) Pada surah ini tidak dijelaskan banyak mengenai Nabi Musa 'alaihissalam. dan penduduk Madyan, dan telah didustakan Musa, lalu Aku tangguhkan (azab-Ku) untuk orang-orang kafir, kemudian Aku azab mereka, maka (lihatlah) bagaimana besarnya kebencian-Ku (kepada mereka itu). . Jakarta - Nabi Musa AS dikisahkan mencari ilmu tentang kebijaksanaan kepada seorang hamba Allah SWT. Kisah bergurunya Nabi Musa AS ini disebutkan dalam Al-Qur'an surah Al Kahfi ayat mufasir sebagaimana disebutkan dalam sejumlah kitab tafsir mengatakan, guru Nabi Musa AS yang dimaksud dalam hal ini adalah Nabi Khidir AS. Allah SWT berfirman dalam surah Al Kahfi ayat 65,فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ اٰتَيْنٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّا عِلْمًا Artinya "Lalu, mereka berdua bertemu dengan seorang dari hamba-hamba Kami yang telah Kami anugerahi rahmat kepadanya dari sisi Kami. Kami telah mengajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami."Imam Ibnu Katsir mengatakan dalam kitab tafsirnya, seorang hamba yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Nabi Khidir AS. Pendapat ini bersandar pada sejumlah hadits shahih dari Rasulullah yang dimaksud dengan rahmat sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Kementerian Agama RI adalah wahyu kenabian dan yang dimaksud ilmu adalah pengetahuan tentang hal bergurunya Nabi Musa AS dengan Nabi Khidir AS diceritakan mulai dari ayat 60 surah Al Kahfi dan diakhiri pada ayat ke-80. Berikut قَالَ مُوْسٰى لِفَتٰىهُ لَآ اَبْرَحُ حَتّٰٓى اَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ اَوْ اَمْضِيَ حُقُبًا ٦٠Artinya Ingatlah ketika Musa berkata kepada pembantunya, "Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua laut atau aku akan berjalan terus sampai bertahun-tahun." QS Al Kahfi 60فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوْتَهُمَا فَاتَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ سَرَبًا ٦١Artinya Ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut, mereka lupa ikannya, lalu ikan mereka melompat mengambil jalan ke laut itu. QS Al Kahfi 61فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتٰىهُ اٰتِنَا غَدَاۤءَنَاۖ لَقَدْ لَقِيْنَا مِنْ سَفَرِنَا هٰذَا نَصَبًا ٦٢Artinya Ketika mereka telah melewati tempat itu, Musa berkata kepada pembantunya, "Bawalah kemari makanan kita. Sungguh, kita benar-benar telah merasa letih karena perjalanan kita ini." QS Al Kahfi 62قَالَ اَرَاَيْتَ اِذْ اَوَيْنَآ اِلَى الصَّخْرَةِ فَاِنِّيْ نَسِيْتُ الْحُوْتَۖ وَمَآ اَنْسٰىنِيْهُ اِلَّا الشَّيْطٰنُ اَنْ اَذْكُرَهٗۚ وَاتَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ عَجَبًا ٦٣Artinya Dia pembantunya menjawab, "Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa bercerita tentang ikan itu dan tidak ada yang membuatku lupa untuk mengingatnya, kecuali setan. Ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh." QS Al Kahfi 63قَالَ ذٰلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِۖ فَارْتَدَّا عَلٰٓى اٰثَارِهِمَا قَصَصًاۙ ٦٤Artinya Dia Musa berkata, "Itulah yang kita cari." Lalu keduanya kembali dan menyusuri jejak mereka semula. QS Al Kahfi 64فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ اٰتَيْنٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّا عِلْمًا ٦٥Artinya Lalu, mereka berdua bertemu dengan seorang dari hamba-hamba Kami yang telah Kami anugerahi rahmat kepadanya dari sisi Kami. Kami telah mengajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami. QS Al Kahfi 65قَالَ لَهٗ مُوْسٰى هَلْ اَتَّبِعُكَ عَلٰٓى اَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا ٦٦Artinya Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar dari apa yang telah diajarkan kepadamu untuk menjadi petunjuk?" QS Al Kahfi 66قَالَ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا ٦٧Artinya Dia menjawab, "Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku. QS Al Kahfi 67وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلٰى مَا لَمْ تُحِطْ بِهٖ خُبْرًا ٦٨Artinya Bagaimana engkau akan sanggup bersabar atas sesuatu yang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentangnya?" QS Al Kahfi 68قَالَ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ صَابِرًا وَّلَآ اَعْصِيْ لَكَ اَمْرًا ٦٩Artinya Dia Musa berkata, "Insyaallah engkau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun." QS Al Kahfi 69قَالَ فَاِنِ اتَّبَعْتَنِيْ فَلَا تَسْـَٔلْنِيْ عَنْ شَيْءٍ حَتّٰٓى اُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا ࣖ ٧٠Artinya Dia berkata, "Jika engkau mengikutiku, janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang apa pun sampai aku menerangkannya kepadamu." QS Al Kahfi 70فَانْطَلَقَاۗ حَتّٰٓى اِذَا رَكِبَا فِى السَّفِيْنَةِ خَرَقَهَاۗ قَالَ اَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ اَهْلَهَاۚ لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا اِمْرًا ٧١Artinya Kemudian, berjalanlah keduanya, hingga ketika menaiki perahu, dia melubanginya. Dia Musa berkata, "Apakah engkau melubanginya untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh, engkau telah berbuat suatu kesalahan yang besar." QS Al Kahfi 71قَالَ اَلَمْ اَقُلْ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا ٧٢Artinya Dia berkata, "Bukankah sudah aku katakan bahwa sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku?" QS Al Kahfi 72قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِيْ بِمَا نَسِيْتُ وَلَا تُرْهِقْنِيْ مِنْ اَمْرِيْ عُسْرًا ٧٣Artinya Dia Musa berkata, "Janganlah engkau menghukumku karena kelupaanku dan janganlah engkau membebaniku dengan kesulitan dalam urusanku." QS Al Kahfi 73فَانْطَلَقَا ۗحَتّٰٓى اِذَا لَقِيَا غُلٰمًا فَقَتَلَهٗ ۙقَالَ اَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً؈ۢبِغَيْرِ نَفْسٍۗ لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا نُّكْرًا ۔ ٧٤Artinya Kemudian, berjalanlah keduanya, hingga ketika berjumpa dengan seorang anak, dia membunuhnya. Dia Musa berkata, "Mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau benar-benar telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar." QS Al Kahfi 74۞ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكَ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا ٧٥Artinya Dia berkata, "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku?" QS Al Kahfi 75قَالَ اِنْ سَاَلْتُكَ عَنْ شَيْءٍۢ بَعْدَهَا فَلَا تُصٰحِبْنِيْۚ قَدْ بَلَغْتَ مِنْ لَّدُنِّيْ عُذْرًا ٧٦Artinya Dia Musa berkata, "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu. Sungguh engkau telah mencapai batas yang wajar dalam memberikan uzur maaf kepadaku." QS Al Kahfi 76فَانْطَلَقَا ۗحَتّٰىٓ اِذَآ اَتَيَآ اَهْلَ قَرْيَةِ ِۨاسْتَطْعَمَآ اَهْلَهَا فَاَبَوْا اَنْ يُّضَيِّفُوْهُمَا فَوَجَدَا فِيْهَا جِدَارًا يُّرِيْدُ اَنْ يَّنْقَضَّ فَاَقَامَهٗ ۗقَالَ لَوْ شِئْتَ لَتَّخَذْتَ عَلَيْهِ اَجْرًا ٧٧Artinya Lalu, keduanya berjalan, hingga ketika keduanya sampai ke penduduk suatu negeri, mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi mereka tidak mau menjamu keduanya. Kemudian, keduanya mendapati dinding rumah yang hampir roboh di negeri itu, lalu dia menegakkannya. Dia Musa berkata, "Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu." QS Al Kahfi 77قَالَ هٰذَا فِرَاقُ بَيْنِيْ وَبَيْنِكَۚ سَاُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيْلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَّلَيْهِ صَبْرًا ٧٨Artinya Dia berkata, "Inilah waktu perpisahan antara aku dan engkau. Aku akan memberitahukan kepadamu makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya. QS Al Kahfi 78اَمَّا السَّفِيْنَةُ فَكَانَتْ لِمَسٰكِيْنَ يَعْمَلُوْنَ فِى الْبَحْرِ فَاَرَدْتُّ اَنْ اَعِيْبَهَاۗ وَكَانَ وَرَاۤءَهُمْ مَّلِكٌ يَّأْخُذُ كُلَّ سَفِيْنَةٍ غَصْبًا ٧٩Artinya Adapun perahu itu adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Maka, aku bermaksud membuatnya cacat karena di hadapan mereka ada seorang raja zalim yang mengambil setiap perahu yang baik secara paksa. QS Al Kahfi 79وَاَمَّا الْغُلٰمُ فَكَانَ اَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِيْنَآ اَنْ يُّرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَّكُفْرًا ۚ ٨٠Artinya Adapun anak itu yang aku bunuh, kedua orang tuanya mukmin dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya untuk durhaka dan kufur. QS Al Kahfi 80Kisah Bergurunya Nabi Musa AS dalam HaditsSelain disebutkan dalam Al-Qur'an, kisah bergurunya Nabi Musa AS juga diterangkan dalam hadits shahih. Salah satunya sebagaimana dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari Ubay ibnu Ka'b RA yang mendengarnya dari Rasulullah saat itu Nabi Musa AS berkhutbah di hadapan kaum bani Israil dan menanyakan kepada mereka siapa orang yang paling berilmu. Tidak ada seorang pun dari kaumnya yang menjawab. Lalu, Nabi Musa AS mengatakan bahwa dialah orang yang paling berilmu alim.Allah SWT lantas menegurnya karena Nabi Musa AS tidak menisbatkan ilmu kepada Allah SWT. Lalu turunlah wahyu yang menyebut bahwa Allah SWT memiliki seorang hamba yang tinggal di tempat bertemunya dua lautan yang lebih alim daripada Nabi Musa yang dimaksud dalam hal ini adalah Nabi Khidir AS. Lalu Nabi Musa AS bertanya kepada Allah SWT bagaimana caranya agar bisa bertemu dengan hamba yang paling alim tersebut. Lalu, hadits ini pun menjelaskan tentang kisah bergurunya Nabi Musa AS kepada Nabi Khidir AS sebagaimana penafsiran surah Al Kahfi ayat Video "Gimana Cara Baca Huruf Braille, Simak Penjelasannya!" [GambasVideo 20detik] kri/erd Musa AS, Nabi yang Paling Banyak Dikisahkan Dalam Al-Qur’an Banyak orang yang menduga bahwa kisah Nabi Muhammad SAW paling banyak diceritakan dalam Alquran. Sebab Alquran adalah mukjizat yang diberikan kepada Rasulullah SAW. Namun sebenarnya, Nabi Musa AS adalah nabi yang kisahnya paling banyak diceritakan dalam Alquran. Nabi Musa disebutkan lebih dari 120 kali dalam kitab suci Nabi Musa AS banyak disebutkan dalam berbagai surah dan diceritakan dengan sangat rinci. Secara detail, kisah Nabi Musa AS diceritakan dalam surat Al-Baqarah, Al-A’raf, Thaha, dan al-Qashas. Mengapa Lalu mengapa kisah nabi Musa AS justru paling banyak disebutkan dalam Alquran? Rupanya ada tiga penyebab mengapa kisah nabi Musa AS banyak diceritakan dalam pertama yaitu karena Musa AS adalah nabi yang paling banyak menerima ujian. Dalam surat Thaha ayat 40, Allah menyebutkan bahwa Nabi Musa AS adalah nabi yang paling banyak memiliki cobaan. Allah berfirman, “Aku akan mengujimu dengan berbagai macam ujian.” QS. Thaha 40Nabi Musa AS mengalami beragam kesulitan dalam hidupnya karena terlahir saat Mesir berada di bawah kepemimpinan Fir’aun. Fir’aun merupakan raja zalim yang menyebut dirinya sendiri sebagai tuhan. Sebagaimana disebutkan dalam Surat An-Nazi’at Ayat 24 Firaun berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi ” QS. An-Nazi’at Ayat 24Saat itu, orang-orang Yahudi dan anak-anak Israel berada pada tingkatan terendah masyarakat Mesir serta menjadi budak dan pelayan. Dalam kondisi tersebut, Musa mengalami cobaan yang berat dengan menghadapi Firaun dan menghadapi kaum Bani Israil yang keras kepala. Kisah Nabi Musa AS banyak disebutkan dalam Al Qur’an agar menjadi bahan pelajaran bagi seluruh umat islam. Sebab kisah Nabi Musa AS tidak hanya berhubungan dengan dirinya sebagai pribadi, namun juga berhubungan dengan kaum yang diselamatkan dari pimpinan tirani yang karena kisah Nabi Musa AS memiliki kesamaan dengan kisah Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itulah kisah Nabi Musa AS mendapatkan perhatian khusus di dalam Al Qur’an. Apa yang terjadi pada bangsa Israel juga terjadi pada umat Nabi Muhammad. Dalam kehidupan Nabi Musa AS, Firaun mewakili rezim tirani yang bengis. Sementara itu dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW, para pemimpin suku Quraisy mewakili tirani yang menganiaya para budak dan orang yang yang ketiga, pengalaman hidup Nabi Musa AS dengan umatnya dapat memberi manfaat bagi umat islam. Salah satunya, agar tidak mencontoh perilaku Bani Israil yang keras kepala. Seperti saat umat Bani Israil begitu keras kepala dan berdebat tentang sapi. Saat itu Bani Israil diperintah Allah untuk menyembelih seekor sapi, namun mereka berbantah-bantah dan selalu menanyakan tentang spesifikasi sapi tersebut. Kisah tersebut akan mengajarkan umat islam untuk menghindari perdebatan tidak penting seperti yang dilakukan oleh umat mengapa kisah Nabi Musa AS justru lebih banyak disebutkan dalam Al Qur’an dibandingkan dengan kisah Nabi Muhammad SAW. Pertama, yaitu karena Nabi Musa AS adalah Nabi yang paling banyak mendapatkan ujian, Nabi Musa AS memiliki kesamaan kisah perjuangan dengan Nabi Muhammad SAW. Pasalnya, Nabi Musa AS dan Nabi Muhammad SAW sama-sama berjuang melakukan pembebasan dari tirani yang zalim dan berjuang memimpin umatnya. Sedangkan yang ketiga, agar umat islam tidak keras kepala dan melakukan perdebatan-perdebatan tidak penting seperti yang dilakukan oleh kaum Bani a’lam. Mengapa kisah Musa banyak berulang di al-Quran? Apa latar belakangnya? Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa ba’du, Musa alaihis salam adalah nabi paling mulia di kalangan Bani Israil. Beliau bergelar kalimullah – orang yang diajak bicara langsung oleh Allah di dunia –. Dan beliau termasuk salah satu nabi ulul azmi. Dalam al-Quran, perjalanan beliau paling banyak disebutkan oleh Allah, setelah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sebagian yang menghitung, nama beliau disebutkan sebanyak 136 kali dalam al-Quran. Kisah Musa Allah sebutkan secara terperinci ada di 4 surat al-Baqarah, al-A’raf, Thaha, dan al-Qashas. Umat beliau, Bani Israil, adalah umat yang paling afdhal di zamannya. Allah berfirman, يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan ingatlah pula bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat. QS. al-Baqarah 47 Dan perlu dipahami, umat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam lebih baik dari mereka. Karena Allah sebut umat Muhammad sebagai khoiru ummah. Allah berfirman, كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ “Kalian adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia.” QS. Ali Imran 110. Agar Direnungkan Ketika kisah Musa banyak disebutkan dalam al-Quran, menunjukkan bahwa Allah menghendaki agar kita banyak merenungkan perjalanan hidupnya. Mengambil pelajaran tentang bagaimana ujian berat yang dialami Musa. Dari mulai menghadapi Firaun, hingga menghadapi Bani Israil yang keras kepala. Allah sebut Musa dalam al-Quran, sebagai Nabi yang mendapatkan banyak ujian, وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا “Aku akan mengujimu dengan berbagai macam ujian.” QS. Thaha 40 Ujian yang dialami Musa adalah ujian menjalani hidup di tengah masyarakat. Bukan ujian kemiskinan, ujian sakit, atau musibah bencana alam. Yang ujian ini, sangat mirip dengan apa yang akan dialami Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan kaum muslimin yang menjadi umatnya. Said bin Jubair pernah bertanya kepada Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, apa yang dimaksud futun banyak ujian. Lalu Ibnu Abbas membaca ayat-ayat yang menceritakan Musa dari awal. Beliau sebutkan kisah Firaun, upaya pembantaian yang dia lakukan terhadap bayi lelaki, kemudian kisah Musa dilempar di sungai dan ditemu oleh keluarga Firaun. Kemudian kisah Musa menarik jenggotnya firaun, hingga Musa diberi pilihan antara kurma dan bara. Termasuk kisah dia membunuh orang mesir, lalu dia lari ke Madyan dan menikah dengan salah satu putri orang tua di Madyan. Kemudian Musa kembali ke Mesir, dan beliau salah jalan di kegelapan malam, hingga beliau melihat api dan mendapat wahyu dari Allah. Kata Ibnu Zubair, وكان عند تمام كل واحدة منها يقول هذا من الفتون يا ابن جبير Setelah Ibnu Abbas menyebutkan semuanya, dia mengatakan, “Inilah fitnah-fitnah itu wahai Ibnu Jubair.” Tafsir Ibn Katsir, 5/285. Allahu a’lam. Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android. Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BANK SYARIAH INDONESIA 7086882242 YAYASAN YUFID NETWORK Kode BSI 451 🔍 Ciri Ciri Orang Ldii, Potong Rambut Bayi Menurut Islam, Silaturahim Atau Silaturahmi, Amalan Masuk Surga Firdaus, Cerita Syekh Siti Jenar, Makna Sholat Istikharah KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO CARA SHOLAT, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28 – Kisah perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khidir, rupanya sudah tidak asing lagi di kalangan umat islam, baik dari jenjang anak-anak hingga kalangan orang dewasa. Kisah ini terdapat dalam Shahih Bukhori, kitab Tafsir Al Quran bab surat al-kahfi ayat lx. dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi. DONASI SEKARANG Alkisah, pada suatu hari, Nabi Musa berdiri untuk berpidato di hadapan kaum Bani israil. Setelah itu, ada seseorang yang bertanya kepadanya; “Wahai Musa, siapakah orang yang paling banyak ilmunya di muka bumi ini?” Lalu Nabi Musa menjawab; “Akulah orang yang paling banyak ilmunya di muka bumi ini.” Setelah kejadian tersebut, Allah nenegur Nabi Musa, karena ia tidak menyadari bahwa ilmu yang diperolehnya adalah pemberian Allah. Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa, yang berisi tentang sebuah kabar bahwa Allah SWT mempunyai hamba yang lebih banyak ilmunya dan lebih pandai daripada Nabi Musa, Allah juga mewahyukan bahwa ia sekarang berada di antara dua lautan. Lalu Nabi Musa Alaihis Salam bertanya; “Wahai Tuhan, bagaimana caranya saya dapat bertemu dengan hambaMu itu?” Allah berfirman “Bawalah seekor ikan, dan masukkan dalam keranjang yang terbuat dari daun kurma. Manakala ikan tersebut lompat, maka di situlah hamba-Ku berada.” Kemudian Musa pun berangkat ke tempat itu dengan ditemani seorang muridnya yang bernama Yusya’ bin Nun, dengan membawa seekor ikan di dalam keranjang yang terbuat dari daun kurma. Keduanya berjalan kaki menuju tempat tersebut. Ketika keduanya sampai di sebuah batu besar, mereka pun tertidur lelap. dan tiba-tiba ikan yang berada di dalam keranjang tersebut, berguncang keluar, lalu masuk ke dalam air laut. Lalu ikan itu melompat ke laut dan berenang di dalamnya. Kemudian Allah menahan air yang dilalui ikan tersebut, hingga menjadi terowongan. Akhirnya mereka berdua melanjutkan perjalanannya hingga waktu berlalu siang dan malam. Ternyata, murid Nabi Musa lupa untuk menceritakan soal ikan yang hilang dari keranjang kurmanya tersebut. Pada pagi harinya, Nabi Musa berkata kepada muridnya; “Bawalah makanan kita kemari! Sesungguhnya saya merasa letih karena perjalanan kita ini.” Tak jauh dari tempat peristirahatan, muridnya pun berkata “Wahai Musa, aku lupa menceritakan padamu mengenai ikan yang kamu bawa di keranjang kurma itu, tatkala kita mencari tempat berlindung di batu besar dan tertidur, ikan tersebut mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.” Musa berkata, “Itulah tempat yang sedang kita cari.” Lalu keduanya kembali mengikuti jalan mereka semula. Kemudian keduanya menelusuri jejak dimana ikan tersebut melompat ke air laut. Setelah keduanya tiba di batu besar tadi, maka mereka melihat seorang laki-laki yang sedang tertidur berselimutkan kain. Lalu Nabi Musa Alaihis Salam mengucapkan salam kepadanya. Nabi Khidir bertanya kepada Musa; “Siapakah kamu?” Musa berkata, “Saya adalah Musa.” Nabi Khidir bertanya, “Musa Bani Israil?” Nabi Musa menjawab, “Ya”. Kemudian Nabi Musa menyampaikan maksud kedatangannya, yaitu ingin berguru kepada Khidir. Lalu Nabi Khidir mengatakan, “Sesungguhnya kamu tidak akan pernah sanggup dan sabar bersamaku. Bagaimana kamu bisa sabar atas sesuatu yang belum kamu ketahui?” Musa berkata, “Insya Allah, engkau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar dan aku pun tidak akan menentangmu dalam suatu urusan apapun.” Khidir menjawab, “Jika kamu tetap mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan sesuatu hingga aku sendiri yang akan menerangkannya kepadamu.”Musa menjawab, “Baiklah”. Kemudian Nabi Musa dan Nabi Khidir berjalan menyusuri pantai. Tak lama kemudian ada sebuah perahu yang lewat. Lalu keduanya meminta tumpangan pada perahu tersebut. Ternyata orang-orang yang ada dalam perahu itu, mengenal Nabi Khidir dengan baik, hingga akhirnya mereka tidak diminta untuk membayar upah atas tumpangan tersebut. Setelah itu, Nabi Khidir mendekat ke salah satu papan di bagian perahu tersebut dan melobanginya. Melihat hal itu, Musa menegur dan memarahinya, seraya berkata, “Mereka ini adalah orang-orang yang mengangkut kita tanpa meminta upah, tetapi mengapa kamu malah melubangi perahu mereka? Apakah kamu ingin meneggelamkan penumpangnya?” Khidir menjawab, “Bukankah aku telah mengatakan padamu untuk tidak bertanya dan bersabar untuk mengikutiku?” Musa berkata sambil merayu, “Janganlah kamu menghukumku karena kekhilafanku”. Tak lama kemudian, keduanya pun turun dari perahu tersebut. Kemudian, Ketika keduanya sedang berjalan-jalan di tepi pantai, tiba-tiba ada seorang anak kecil yang sedang bermain dengan teman-temannya. Lalu, Nabi Khidir segera memegang dan membekuk kepala anak kecil itu dengan tangannya hingga ia menemui ajalnya. Dengan gusarnya Nabi Musa, kemudian ia berupaya untuk menghardik Nabi Khidir, “Mengapa kamu bunuh anak yang tak berdosa, sedangkan anak kecil itu belum pernah membunuh? Sungguh kamu telah melakukan perbuatan yang munkar.” Khidir berkata, “Bukankah sudah aku katakan bahwasanya kamu tidak akan mampu untuk bersabar dalam mengikutiku. Dan ini melebihi dari yang sebelumnya.” Musa berkata, “Jika aku bertanya kepadamu tenteng sesuatu setelah ini, maka janganlah kamu perbolehkan aku untuk menyertaimu. Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur maaf kepadaku.” Selanjutnya Nabi Musa dan Nabi Khidir melanjutkan perjalanannya. Ketika mereka berdua tiba di suatu negeri, maka keduanya pun meminta jamuan dari penduduk negeri tersebut, tapi sayangnya penduduk tersebut enggan menjamu keduanya. Lalu keduanya mendapati sebuah dinding rumah yang hampir roboh, namun Nabi Khidir langsung menegakkannya memperbaikinya. Melihat kejadian itu, Musa berkata kepada Khidir, “Kamu telah mengetahui bahwa para penduduk negeri yang kita datangi ini enggan menyambut dan menjamu kita. Jika kamu ingin menolongnya, maka kamu bisa meminta upah untuk membenarkan rumahnya”. Akhirnya Khidir berkata, “Inilah perpisahan antara aku dan kamu. Aku akan beritahukan kepadamu tentang rahasia yang mana kamu tidak sabar akan kejadian-kejadian tersebut.” Rahasia dibalik kejadian tersebut adalah, perihal perahu yang telah aku lobangi itu dikarenakan, di depan mereka ada seorang penguasa dholim yang akan merampas setiap perahu yang masih bagus. Sedangkan anak kecil yang dibunuh Nabi Khidir nantinya akan menjadi kafir sedangkan kedua orang tuanya mukmin. Adapun alasan Nabi Khidir menenggakan rumah yang hampir roboh tersebut adalah, sebab didalamnya terdapat harta anak yatim. Dalam riwayat tersebut juga disebutkan, bahwa Rasul SAW berkata, “Jika saja Nabi Musa mampu bersabar, maka pastilah kita akan mendapatkan cerita yang lebih panjang lagi.” Hikmah dari kisah perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khidir adalah setiap orang mempunyai kelebihan masing-masing, sebab terkadang kita mengetahui apa yang tidak diketahui orang lain, begitupun sebaliknya. Dan setinggi apapun ilmu yang dimiliki manusia tetap saja tidak ada bandingannya dengan ilmu yang dimiliki oleh Allah. Oleh sebab itu, tak pantas jika kita menyombongkan atas apa yang kita punya, karena semuanya adalah milik Allah SWT. Smoga bermanfaat. Wallahu A’lam Bissshowab. Writer Recent Posts Aktivis at LPM Nabawi Darus-Sunnah Santri Pondok Pesantren Darus Sunnah Mahasiswa Fakultas Dirosat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah JAKARTA – Selama hidup Nabi Musa AS dipenuhi dengan segelintir perjuangannya dalam menegakkan keadilan dan menyebarkan ajaran Allah SWT. Ada tiga pelajaran penting dari hidup Nabi Musa yang tercantum dalam surat al-Qashash, dilansir About Islam, Senin 1/2 dan perpecahan. Allah berfirman dalam ayat 4 اِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِى الْاَرْضِ وَجَعَلَ اَهْلَهَا شِيَعًا يَّسْتَضْعِفُ طَاۤىِٕفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَيَسْتَحْيٖ نِسَاۤءَهُمْ ۗاِنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ Inna fir'auna 'alā fil-arḍi wa ja'ala ahlahā syiya'ay yastaḍ'ifu ṭā`ifatam min-hum yużabbiḥu abnā`ahum wa yastaḥyī nisā`ahum, innahụ kāna minal-mufsidīn. “Sungguh, Firaun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka Bani Israil, dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia Firaun termasuk orang yang berbuat kerusakan.” Ayat tersebut tidak hanya menjelaskan betapa liciknya Raja Firaun, tapi juga mengingatkan akan prasyarat untuk melengkapi kekuasaan suatu bangsa. Jika kita bisa mengenali gejalanya sejak awal, kita memiliki keuntungan berada di sisi kanan pertarungan. Sayangnya, sifat berbahaya dari perpecahan semacam itu memudahkan orang untuk mengabaikan dan bahkan membenarkan ketidakadilan. hal yang benar terkadang sulit. Allah berfirman dalam ayat 10 وَاَصْبَحَ فُؤَادُ اُمِّ مُوْسٰى فٰرِغًاۗ اِنْ كَادَتْ لَتُبْدِيْ بِهٖ لَوْلَآ اَنْ رَّبَطْنَا عَلٰى قَلْبِهَا لِتَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ Wa aṣbaḥa fu`ādu ummi mụsā fārigā, ing kādat latubdī bihī lau lā ar rabaṭnā 'alā qalbihā litakụna minal-mu`minīn. “Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh, hampir saja dia menyatakannya rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, agar dia termasuk orang-orang yang beriman kepada janji Allah.” Tidak nyaman melakukan hal yang benar, apalagi hanya Anda yang melakukannya. Bahkan ibu Musa yang telah diyakinkan Allah bahwa Musa akan dijaga, mengalami kesulitan dengan tugasnya. Melakukan hal yang benar itu sulit, tetapi itu benar. Allah tidak menjanjikan kita kemudahan di dunia. Namun, Allah memerintahkan umat manusia untuk membela keadilan dan menjanjikan ganjarannya di akhirat. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini

kisah bergurunya nabi musa alaihissalam disebutkan dalam alquran surah